Rabu, 17 Desember 2025

Tugas Terstruktur 10

 Analisis Kasus Implementasi Produksi Berkelanjutan


A. Profil Perusahaan dan Latar Belakang

  • Nama Perusahaan: PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG)
  • Sektor Industri: Manufaktur (Semen dan bahan bangunan)

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk merupakan produsen semen terbesar di Indonesia dengan kegiatan utama meliputi produksi semen, beton siap pakai, dan solusi bahan bangunan. Industri semen tergolong sebagai industri padat energi dan berkontribusi signifikan terhadap emisi karbon global. Oleh karena itu, SIG mengadopsi strategi Produksi Berkelanjutan sebagai bagian dari transformasi bisnis jangka panjang.

Motivasi utama SIG dalam menerapkan Produksi Berkelanjutan meliputi kepatuhan terhadap regulasi lingkungan, pengendalian biaya operasional, peningkatan efisiensi sumber daya, serta penguatan daya saing dan citra perusahaan. SIG secara resmi mengintegrasikan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) dan mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

B. Strategi Keberlanjutan yang Digunakan

  1. Integrasi ESG dan Life Cycle Thinking SIG: 
    menerapkan prinsip ESG di seluruh rantai nilai, mulai dari pengadaan bahan baku hingga distribusi produk. Pendekatan life cycle thinking digunakan untuk mengurangi dampak lingkungan sepanjang siklus hidup produk semen, khususnya pada tahap produksi yang paling intensif energi.
  2. Ekonomi Sirkular melalui Co-Processing dan Produk Rendah Karbon:
    SIG mengadopsi ekonomi sirkular melalui pemanfaatan limbah industri dan domestik sebagai bahan bakar dan bahan baku alternatif (co-processing). Strategi ini bertujuan mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil serta menurunkan volume limbah yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA). Selain itu, SIG mengembangkan produk semen rendah karbon sebagai bagian dari inovasi berkelanjutan.

Kedua strategi tersebut sejalan dengan konsep Sustainable Consumption and Production (SCP) karena mendorong efisiensi sumber daya dan konsumsi yang lebih bertanggung jawab.

C. Indikator Keberlanjutan (Triple Bottom Line)

  1. Indikator Lingkungan (Planet)SIG memiliki Sustainability Roadmap 2030 yang mencakup pengurangan emisi gas rumah kaca, peningkatan efisiensi energi, serta optimalisasi penggunaan bahan bakar alternatif. Melalui metode co-processing, SIG secara bertahap meningkatkan tingkat substitusi energi termal (Thermal Substitution Rate), sehingga mampu menekan penggunaan bahan bakar fosil.Selain itu, SIG menargetkan peningkatan proporsi produk ramah lingkungan, dengan sasaran produk hijau mencapai sekitar 62% dari total portofolio produk pada tahun 2030. Perusahaan juga menetapkan komitmen jangka panjang untuk mendukung target net zero emission pada tahun 2050.
  2. Indikator Ekonomi (Profit)
    Implementasi Produksi Berkelanjutan memberikan dampak ekonomi melalui efisiensi energi dan pengurangan biaya bahan bakar konvensional. Pemanfaatan bahan bakar alternatif dan optimalisasi proses produksi berkontribusi terhadap pengendalian biaya operasional.
    Dari sisi kinerja pasar, inovasi produk ramah lingkungan menciptakan nilai tambah dan peluang pendapatan baru. Kinerja keberlanjutan SIG juga tercermin dari perolehan berbagai penghargaan dan peringkat ESG tingkat regional, yang meningkatkan kepercayaan investor dan memperkuat keberlanjutan finansial perusahaan.
  3. Indikator Sosial (People)
    Pada aspek sosial, SIG menerapkan standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta menjalankan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). Program sosial perusahaan mencakup pemberdayaan masyarakat sekitar pabrik, pengembangan ekonomi lokal, serta pelatihan bagi karyawan dan masyarakat.
    SIG juga melaksanakan program berbasis komunitas, seperti pengembangan energi terbarukan melalui budidaya tanaman energi, yang memberikan manfaat ekonomi bagi kelompok masyarakat sekaligus mendukung transisi energi berkelanjutan.

D. Dampak dan Evaluasi Hasil

  • Dampak Positif:
    Implementasi Produksi Berkelanjutan di SIG memberikan dampak positif terhadap penurunan penggunaan bahan bakar fosil, pengurangan limbah, serta peningkatan efisiensi energi. Dari sisi ekonomi, strategi ini memperkuat daya saing dan ketahanan bisnis melalui efisiensi biaya dan diversifikasi produk. Secara sosial, program pemberdayaan masyarakat dan peningkatan K3 memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan pemangku kepentingan.
  • Tantangan:
    Tantangan utama yang dihadapi SIG adalah kebutuhan investasi teknologi rendah karbon yang besar serta kompleksitas penurunan emisi di industri semen yang secara inheren intensif energi.
  • Evaluasi Kritis:
    Secara keseluruhan, strategi Produksi Berkelanjutan SIG dapat dinilai efektif karena mampu mengintegrasikan aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial secara seimbang. Namun, untuk mencapai keberlanjutan yang sejati, SIG perlu mempercepat adopsi teknologi rendah karbon dan memperkuat kolaborasi dengan pemerintah serta industri pendukung agar target penurunan emisi dapat tercapai secara optimal.

Tugas Mandiri 10

Produksi Berkelanjutan dalam Perspektif Ekonomi Sirkular
(Wasteland)


A. Identitas Video dan Ringkasan

Dokumenter Wasteland mengisahkan proyek seni yang dilakukan oleh seniman Brasil, Vik Muniz, bersama para pemulung (catadores) di Tempat Pembuangan Akhir Jardim Gramacho, Rio de Janeiro, yang pada saat itu merupakan salah satu TPA terbesar di dunia. Melalui pendekatan seni dan kolaborasi sosial, dokumenter ini menyoroti permasalahan limbah, ketimpangan sosial, serta potensi ekonomi yang tersembunyi di balik sampah. Pesan utama yang disampaikan adalah bahwa limbah bukan sekadar sisa konsumsi, melainkan sumber daya yang dapat dimanfaatkan kembali melalui pendekatan ekonomi sirkular. Dokumenter ini juga menunjukkan bahwa keberlanjutan tidak hanya berkaitan dengan lingkungan, tetapi juga berdampak langsung pada aspek sosial dan ekonomi masyarakat.

B. Analisis Ide Kunci dan Daftar Ide Terapkan

Dokumenter Wasteland menampilkan berbagai gagasan penting terkait produksi berkelanjutan, pengelolaan limbah, serta pemberdayaan sosial. Ide-ide yang disampaikan bersifat aplikatif dan relevan untuk diterapkan di sektor industri modern, khususnya dalam konteks ekonomi sirkular dan tanggung jawab sosial perusahaan.

No

Ide Kunci

Penjelasan Singkat

Sektor Industri Target

Rencana Penerapan Praktis

1

Limbah sebagai sumber daya

Sampah memiliki nilai ekonomi jika dikelola dan diproses dengan tepat

Manufaktur, daur ulang, kemasan

Pemilahan limbah produksi dan penggunaan kembali material bernilai

2

Ekonomi sirkular

Produk dan material dirancang agar dapat digunakan kembali atau didaur ulang

Industri plastik, tekstil, elektronik

Desain produk recyclable dan sistem pengambilan kembali produk

3

Pemberdayaan sosial dalam keberlanjutan

Keberlanjutan harus mencakup peningkatan kesejahteraan masyarakat

Industri berbasis komunitas

Kemitraan dengan pemulung atau UMKM daur ulang

4

Kolaborasi lintas sektor

Masalah lingkungan tidak dapat diselesaikan oleh satu pihak saja

Semua sektor industri

Kolaborasi antara industri, pemerintah, dan komunitas

5

Perubahan persepsi terhadap limbah

Limbah bukan masalah, tetapi peluang inovasi

Industri kreatif, manufaktur

Inovasi produk berbasis limbah dan kampanye kesadaran lingkungan

C. Kesimpulan dan Refleksi

Dokumenter Wasteland memberikan gambaran kuat mengenai urgensi produksi berkelanjutan dan pengelolaan limbah yang bertanggung jawab. Limbah yang dihasilkan oleh aktivitas industri dan konsumsi masyarakat tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga mencerminkan ketimpangan sosial dan ekonomi. Dari sudut pandang pribadi, dokumenter ini mengubah cara pandang terhadap sampah, dari sesuatu yang tidak bernilai menjadi sumber daya yang memiliki potensi ekonomi dan sosial. Konsep keberlanjutan yang ditampilkan dalam Wasteland memperkuat pemahaman bahwa produksi berkelanjutan harus mengintegrasikan aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial secara seimbang. Dengan menerapkan prinsip ekonomi sirkular dan kolaborasi lintas sektor, industri dapat berkontribusi pada pembangunan yang lebih adil dan berkelanjutan di masa depan.


Link Word : 

Rabu, 10 Desember 2025

Tugas Terstruktur 09

 ANALISIS DESAIN PRODUK DENGAN PRINSIP DFE


Analisis Produk: Sedotan Stainless Steel 

Kelompok kami memilih produk berupa sedotan stainless steel karena produk ini sederhana, mudah ditemukan, dan sering digunakan sebagai alternatif ramah lingkungan untuk menggantikan sedotan plastik sekali pakai. Produk ini juga menarik untuk dianalisis karena meskipun dianggap “eco-friendly”, masih terdapat aspek desain yang dapat diperbaiki agar dampak lingkungannya semakin kecil.

Analisis Desain Awal

Sedotan stainless steel memiliki fungsi utama sebagai alat bantu untuk minum yang dapat digunakan berkali-kali. Material utamanya adalah stainless steel, biasanya tipe 304 atau 316, yang terkenal kuat, tahan korosi, dan relatif aman digunakan. Beberapa paket penjualan biasanya disertai pouch dari kain maupun polyester dan sikat pembersih yang terdiri dari kawat baja tipis dan bulu nylon. Dari segi desain, sedotan ini umumnya berbentuk lurus atau melengkung dengan permukaan halus dan warna metalik alami atau warna hasil coating seperti hitam, emas, atau pelangi. Ukurannya cukup standar yaitu sekitar 20–22 cm dengan diameter berkisar antara 6–8 mm.

Identifikasi Masalah Lingkungan Berdasarkan Prinsip DfE

Meskipun sedotan stainless sering dipromosikan sebagai pilihan ramah lingkungan, proses produksinya tetap memiliki dampak. Stainless steel memang dapat didaur ulang sepenuhnya, tetapi proses ekstraksi bahan bakunya, yaitu bijih besi, nikel, dan krom, membutuhkan energi yang besar dan menghasilkan emisi yang signifikan. Material tambahan seperti bulu nylon pada sikat pembersih sulit didaur ulang dan cenderung menjadi limbah kecil yang berpotensi mencemari lingkungan. Coating berwarna pada sedotan juga berpotensi menghasilkan limbah kimia dari proses elektroplating.

Dari sisi produksi, pembuatan sedotan stainless melibatkan proses pemotongan, pembentukan, dan polishing yang semuanya membutuhkan energi listrik. Pada fase penggunaan, sedotan ini sebenarnya sangat unggul karena dapat dipakai bertahun-tahun. Namun, apabila tidak dirawat dan dibersihkan dengan baik, permukaannya dapat berkarat atau menjadi tempat berkembangnya bakteri. Sikat nylon yang digunakan untuk membersihkan sedotan juga cepat aus dan harus diganti secara berkala.

Di akhir siklus hidupnya, sedotan stainless sangat mudah didaur ulang apabila dikumpulkan sebagai scrap metal. Tantangannya adalah banyak pengguna tidak mengetahui hal tersebut sehingga sedotan yang rusak sering berakhir sebagai sampah rumah tangga. Aksesori seperti pouch polyester atau bulu nylon pada sikat pembersih tidak dapat terurai secara alami dan tidak mudah didaur ulang.

Rekomendasi Perbaikan Desain Berdasarkan Prinsip DfE

  • Perbaikan pertama yang dapat dilakukan adalah mengganti material bulu sikat pembersih dari nylon ke bahan alami seperti bambu, sisal, atau sabut kelapa. Bahan-bahan tersebut bersifat biodegradable sehingga tidak menambah limbah plastik kecil yang sulit diproses. Selain itu, bahan alami menurunkan ketergantungan pada material berbasis minyak bumi.
  • Perbaikan kedua adalah mendorong penggunaan stainless steel daur ulang dalam proses produksinya. Dengan memanfaatkan scrap stainless steel, produsen dapat menurunkan konsumsi energi secara signifikan dan mengurangi emisi karbon yang muncul dari ekstraksi logam baru. Upaya ini sekaligus mengurangi aktivitas penambangan yang merusak ekosistem.
  • Perbaikan ketiga dapat dilakukan dengan mengurangi atau menghilangkan penggunaan coating berwarna yang membutuhkan proses kimia seperti electroplating. Produsen dapat mempertahankan warna natural stainless atau menggunakan metode pewarnaan yang lebih bersih seperti Physical Vapor Deposition (PVD), yang menghasilkan limbah kimia jauh lebih sedikit. Dengan demikian, dampak lingkungan pada tahap finishing dapat ditekan.
  • Perbaikan tambahan yang juga relevan adalah mengembangkan desain sedotan yang modular sehingga bisa dilepas menjadi dua bagian. Desain seperti ini akan mempermudah proses pembersihan, memperpanjang usia pakai, dan memudahkan daur ulang pada akhir masa pakai produk. Selain itu, pouch penyimpanan dapat dibuat dari bahan alami seperti katun organik atau rami sehingga lebih ramah lingkungan dibanding pouch polyester.

Tugas Terstruktur 10

 Analisis Kasus Implementasi Produksi Berkelanjutan A.  Profil Perusahaan dan Latar Belakang Nama Perusahaan: PT Semen Indonesia (Persero) T...