Senin, 29 September 2025

Tugas Mandiri 02

REFLEKSI PRIBADI GAYA HIDUP BERKELANJUTAN


"Sejauh Mana Gaya Hidup Saya Mencerminkan Prinsip Keberlanjutan?"

Ketika berbicara tentang keberlanjutan, saya menyadari bahwa gaya hidup sehari-hari saya masih belum sepenuhnya mencerminkan prinsip ekologi industri maupun rekayasa berkelanjutan. Namun, saya mulai mencoba memperhatikan pola konsumsi, transportasi, dan penggunaan energi agar lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Dari sisi konsumsi, saya cukup sering membeli kopi atau minuman kekinian yang biasanya disajikan dalam gelas plastik sekali pakai. Kebiasaan ini tentu menambah jumlah sampah plastik harian saya. Untuk memperbaikinya, saya mulai membiasakan membawa tumbler sendiri ketika membeli minuman, atau membuat kopi di rumah agar lebih hemat sekaligus mengurangi limbah kemasan sekali pakai. Langkah sederhana ini membantu saya lebih sadar bahwa setiap keputusan kecil bisa berdampak pada lingkungan.

Pada aspek transportasi, saya cukup bergantung pada kendaraan pribadi bermotor. Hal ini memang praktis, tetapi saya sadar bahwa penggunaan bahan bakar fosil meningkatkan jejak karbon. Untuk mengurangi dampak ini, saya mencoba berjalan kaki atau menggunakan sepeda motor hanya untuk jarak yang cukup jauh. Sesekali saya juga menggunakan transportasi umum jika rute memungkinkan. Walaupun belum ideal, setidaknya langkah kecil ini membantu mengurangi emisi.

Sementara dalam penggunaan energi, saya terkadang masih lalai, misalnya membiarkan lampu menyala saat tidak digunakan atau menyalakan kipas terlalu lama. Namun, saya sudah mulai membiasakan diri mematikan peralatan elektronik setelah dipakai dan menghemat air saat mandi atau mencuci. Langkah kecil ini membuat saya lebih sadar akan pentingnya efisiensi energi.

Ke depan, saya ingin lebih konsisten dalam menerapkan gaya hidup berkelanjutan. Rencana saya adalah memperketat kebiasaan konsumsi dengan membeli sesuai kebutuhan, lebih sering berjalan kaki atau naik transportasi umum, serta disiplin dalam penggunaan listrik dan air. Dengan begitu, saya berharap gaya hidup saya tidak hanya menguntungkan diri sendiri, tetapi juga memberikan kontribusi kecil bagi kelestarian lingkungan.

Tugas Terstruktur 02

 Analisis IPAT - Negara Jepang


Profil Negara

Jepang adalah sebuah negara Kepulauan yang terletak di Benua Asia bagian Timur (Asia Timur). Sebagai Negara Kepulauan, Jepang memiliki sekitar 6.852 pulau besar maupun kecil. Pulau-pulau utama Jepang diantaranya adalah Pulau Hokkaido, Pulau Honshu, Pulau Shikoku dan Pulau Kyushu. Jepang juga merupakan salah satu negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia yaitu sekitar 29.751 km2. Pulau Honshu merupakan pulau Terbesar di Jepang. Ibukota Jepang yaitu Kota Tokyo terletak di Pulau Honshu ini.

  • Nama Lokal: Nihon-koku / Nippon-koku
  • Bentuk Pemerintahan: Monarki Konstitusional Parlementer
  • Kepala Negara: Kaisar Naruhito (Sejak 01 Mei 2019)
  • Kepala Pemerintahan: Perdana Menteri Shigeru Ishiba (sejak 1 Oktober 2024)
  • Ibukota: Tokyo
  • Luas Wilayah: 377.915 km2
  • Jumlah Penduduk: 125.507.472 jiwa (data 2020)
  • Bahasa Resmi: Jepang
  • Agama: Shinto 70,4%, Buddha 69,8%, Kristen 1,5%, agama lainnya 6,9% (estimasi 2015)
  • Suku Bangsa: Jepang 98,1%, Tionghoa 0,5%, Korea 0,4%, suku bangsa lainnya 1% (estimasi 2016)
  • Mata Uang: Yen (JPY)

Data dan visualisasi komponen P, A, T

Populasi (P), Jepang memiliki jumlah penduduk sekitar 124 juta jiwa pada tahun 2024. Namun, laju pertumbuhan penduduknya menunjukkan tren negatif, yaitu sekitar −0,4% per tahun. Artinya, tekanan konsumsi dari sisi jumlah penduduk cenderung menurun, berbeda dengan negara-negara berkembang yang masih mengalami pertumbuhan signifikan. Fenomena penuaan populasi juga memberi implikasi terhadap struktur tenaga kerja dan pola konsumsi energi di masa depan.

Affluence (A) memperlihatkan bahwa Jepang termasuk dalam kelompok negara dengan tingkat kesejahteraan tinggi. Produk domestik bruto (GDP) per kapita mencapai sekitar US$ 32.500 dengan nilai Indeks Pembangunan Manusia (HDI) 0,925, yang masuk kategori sangat tinggi. Tingkat kesejahteraan ini berarti konsumsi energi per kapita, kebutuhan infrastruktur, serta gaya hidup masyarakat berada di level intensif, sehingga memberi tekanan tambahan terhadap lingkungan.

Teknologi (T), kondisi Jepang memperlihatkan dua sisi. Di satu sisi, intensitas karbon per unit GDP relatif lebih baik dibandingkan banyak negara berkembang, dengan estimasi sekitar 0,27 ton CO₂ per US$ 1.000 GDP. Namun, emisi karbon per kapita masih tinggi, yaitu sekitar 8–9 ton per orang, jauh di atas rata-rata global. Energi terbarukan telah berkembang pesat, dengan porsi sekitar 22–27% dalam bauran listrik, tetapi ketergantungan pada pembangkit termal berbahan bakar fosil masih signifikan.

Perhitungan Estimasi 1

Jika ketiga komponen tersebut dikalikan (I = P × A × T), maka diperoleh dampak lingkungan (I) berupa emisi tahunan sekitar 1,08 miliar ton CO₂. Angka ini menempatkan Jepang sebagai salah satu dari sepuluh negara penyumbang emisi terbesar di dunia. Walau demikian, terdapat tren positif berupa penurunan emisi sekitar 2,5% pada tahun fiskal 2022/2023 seiring meningkatnya pemanfaatan energi terbarukan dan efisiensi energi di sektor industri.

Interpretasi Hasil

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Jepang menghasilkan sekitar 1,08 miliar ton CO₂ per tahun, dengan emisi per kapita tinggi (±8,7 ton/orang) dan intensitas karbon 0,269 ton per US$1.000 GDP.

  • Dari sisi sustainability, Jepang belum sepenuhnya sustainable karena konsumsi energi dan emisi per kapita masih di atas rata-rata global, serta ketergantungan pada bahan bakar fosil masih kuat.
  • Jika dibandingkan dengan pola unsustainable, Jepang tidak sepenuhnya jatuh dalam kategori ini, sebab tren emisi menunjukkan penurunan (−2,5% pada FY22/23) meskipun ekonomi tetap tumbuh. Artinya, negara ini mulai berhasil memisahkan (decouple) pertumbuhan ekonomi dari peningkatan emisi.
  • Dengan demikian, Jepang menunjukkan pola decoupling parsial (partial decoupling). Ekonomi tetap maju dengan tingkat kesejahteraan tinggi, sementara emisi absolut mulai menurun dan porsi energi terbarukan meningkat. Namun, untuk mencapai full decoupling atau kondisi berkelanjutan, Jepang perlu mempercepat transisi energi, elektrifikasi sektor transportasi, serta memperkuat kebijakan iklim.

Rekomendasi kebijakan atau strategi industri berkelanjutan

1Percepatan Transisi Energi Terbarukan

  • Tingkatkan kapasitas pembangkit tenaga surya, angin lepas pantai (offshore wind), dan panas bumi.
  • Turunkan ketergantungan pada gas dan batu bara secara bertahap dengan target bauran energi bersih >50% pada 2035.

2. Elektrifikasi Transportasi & Mobilitas Rendah Karbon

  • Dorong percepatan adopsi kendaraan listrik (EV) dan kendaraan hidrogen.
  • Bangun infrastruktur pengisian listrik dan stasiun hidrogen secara masif di perkotaan dan jalur utama.

3. Efisiensi Energi di Sektor Industri & Bangunan

  • Terapkan standar efisiensi energi yang lebih ketat pada pabrik, mesin industri, dan bangunan komersial.
  • Gunakan teknologi digital (IoT, AI) untuk mengoptimalkan konsumsi energi.

Daftar Pustaka

1. International Energy Agency (IEA). (2023). Japan: Energy System Overview. International Energy Agency. Retrieved from https://www.iea.org

2. Our World in Data. (2023). CO₂ and Greenhouse Gas Emissions: Japan. University of Oxford. Retrieved from https://ourworldindata.org/co2-emissions

3. Reuters. (2023). Japan’s greenhouse gas emissions fall 2.5% in FY2022 as renewable energy rises. Reuters News. Retrieved from https://www.reuters.com

4. United Nations Development Programme (UNDP). (2023). Human Development Report 2023/2024. United Nations Development Programme. Retrieved from https://hdr.undp.org

5. World Bank. (2024). World Development Indicators: Japan. The World Bank Group. Retrieved from https://data.worldbank.org

6. World Population Review. (2024). Japan Population 2024. World Population Review. Retrieved from https://worldpopulationreview.com


Rabu, 24 September 2025

Tugas Terstruktur 01 Jurnal

Jurnal : Industry 5.0 and sustainability: An overview of emerging trends and challenges for a green future — Innovation and Green Development, 2024. 

5 Poin-Poin Penting Tentang Jurnal

1. Perpaduan Teknologi dan Kemanusiaan
Industri 5.0 menekankan kolaborasi antara kecerdasan manusia dengan teknologi canggih seperti AI, IoT, dan robotika, bukan sekadar otomatisasi. Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan sosial.

2. Sustainabilitas sebagai Inti Utama
Keberlanjutan (sustainability) menjadi pusat dari paradigma ini. Fokusnya adalah pada ekonomi hijau, pengelolaan sumber daya secara efisien, penerapan ekonomi sirkular, serta pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).

3. Tantangan yang Dihadapi
Transisi ke Industri 5.0 menghadapi sejumlah kendala, seperti kesenjangan keterampilan tenaga kerja, integrasi teknologi baru, keamanan data, biaya implementasi, serta risiko trade-off antara pertumbuhan ekonomi dan perlindungan lingkungan.

4. Peluang untuk Inovasi Hijau
Industri 5.0 membuka peluang besar dalam menciptakan solusi ramah lingkungan: pertanian cerdas tanpa tanah, energi terbarukan, manajemen limbah berbasis teknologi, serta pembangunan kota pintar yang lebih berketahanan.

5. Peran Pemangku Kepentingan
Keberhasilan Industri 5.0 dalam mencapai keberlanjutan membutuhkan kolaborasi pemerintah, industri, akademisi, dan konsumen. Pemerintah berperan sebagai regulator, perusahaan sebagai pelaksana teknologi hijau, dan konsumen sebagai pendorong permintaan produk berkelanjutan.

Tugas Terstruktur 01 Ekologi Industri

PERAN INSINYUR INDUSTRI SEBAGAI PENJAGA KEBERLANJUTAN PRODUKSI


Abstrak

Keberlanjutan produksi merupakan tantangan besar di era globalisasi dan industrialisasi modern, di mana peningkatan permintaan barang dan jasa seringkali berbenturan dengan keterbatasan sumber daya alam dan isu lingkungan. Insinyur industri memiliki peran vital sebagai penjaga keberlanjutan produksi dengan mengintegrasikan prinsip efisiensi, efektivitas, dan keberlanjutan dalam setiap proses produksi. Artikel ini membahas bagaimana insinyur industri berkontribusi dalam menciptakan sistem produksi yang ramah lingkungan, hemat energi, serta memberikan nilai tambah bagi masyarakat dan perusahaan. Melalui penerapan teknologi, manajemen kualitas, optimasi sumber daya, dan pendekatan ekologi industri, insinyur industri dapat menjadi penggerak utama dalam menjaga keseimbangan antara kebutuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan.

Kata Kunci: insinyur industri, keberlanjutan produksi, efisiensi sumber daya, ekologi industri, manajemen kualitas

Pendahuluan

Perkembangan industri modern telah membawa perubahan signifikan dalam pola produksi global. Permintaan produk yang terus meningkat mendorong perusahaan untuk memperluas kapasitas produksi, mempercepat proses, dan meningkatkan efisiensi biaya. Namun, di balik pertumbuhan ekonomi tersebut, muncul tantangan serius berupa eksploitasi sumber daya alam berlebihan, polusi, limbah industri, serta degradasi lingkungan. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan penting: bagaimana dunia industri dapat tetap memenuhi kebutuhan manusia tanpa merusak keberlanjutan lingkungan dan kehidupan generasi mendatang?

Di sinilah peran insinyur industri menjadi sangat strategis. Berbeda dengan insinyur yang berfokus pada aspek teknis tunggal, insinyur industri memiliki pendekatan holistik yang mencakup aspek manusia, mesin, material, metode, energi, dan lingkungan. Mereka tidak hanya berfokus pada peningkatan produktivitas, tetapi juga pada bagaimana proses produksi dapat dilakukan secara berkelanjutan. Insinyur industri menjadi jembatan antara kebutuhan ekonomi perusahaan, kepentingan sosial masyarakat, dan tanggung jawab terhadap lingkungan.


Permasalahan

Dalam konteks keberlanjutan produksi, terdapat sejumlah permasalahan utama yang perlu diperhatikan:

  1. Eksploitasi Sumber Daya Alam 
  2. Tingginya Produksi Limbah dan Polusi
  3. Inefisiensi Energi
  4. Tekanan Global terhadap Standar Keberlanjutan
  5. Ketidakseimbangan antara Ekonomi dan Lingkungan

Pembahasan

1. Peran Insinyur Industri dalam Efisiensi Sumber Daya

Insinyur industri memiliki keahlian dalam merancang sistem yang efisien dengan meminimalkan pemborosan pada setiap tahap produksi. Melalui metode seperti lean manufacturing dan six sigma, mereka mampu mengidentifikasi sumber inefisiensi dan merancang solusi yang lebih hemat sumber daya. Penerapan sistem ini tidak hanya membantu mengurangi biaya produksi, tetapi juga mengurangi jumlah material yang terbuang, sehingga berdampak positif terhadap kelestarian lingkungan.

Selain itu, insinyur industri juga berperan dalam menyusun perencanaan yang tepat terkait penggunaan bahan baku. Dengan menggunakan konsep just in time, perusahaan dapat menghindari penumpukan stok berlebihan yang sering kali berakhir menjadi limbah. Strategi ini menciptakan rantai pasok yang lebih ramping, efisien, dan ramah lingkungan, sehingga mendukung prinsip keberlanjutan dalam jangka panjang.

2. Optimalisasi Energi dan Teknologi Ramah Lingkungan

Penggunaan energi merupakan salah satu aspek penting dalam sistem produksi. Insinyur industri dapat merancang alur produksi yang hemat energi dengan cara mengoptimalkan tata letak pabrik, memilih mesin yang efisien, dan memanfaatkan teknologi otomatisasi. Dengan langkah-langkah ini, konsumsi energi dapat ditekan tanpa mengurangi kapasitas produksi, sehingga mendukung tercapainya tujuan keberlanjutan.

Lebih jauh, insinyur industri juga berperan dalam penerapan energi terbarukan pada sistem produksi. Pemanfaatan tenaga surya, biomassa, atau energi angin merupakan langkah konkret untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Penerapan life cycle assessment juga memungkinkan perusahaan menilai dampak lingkungan dari penggunaan energi di setiap tahapan produksi, sehingga dapat mengambil langkah-langkah perbaikan yang berkelanjutan.

3. Manajemen Kualitas dan Keberlanjutan

Kualitas dalam konteks modern tidak hanya berarti produk yang sesuai standar spesifikasi, tetapi juga bagaimana produk tersebut dihasilkan. Insinyur industri mengembangkan sistem manajemen kualitas yang terintegrasi dengan aspek lingkungan, seperti penerapan ISO 14001 dan ISO 9001. Hal ini memastikan bahwa produk yang dihasilkan bukan hanya berkualitas tinggi, tetapi juga diproduksi dengan mempertimbangkan keberlanjutan.

Selain itu, pendekatan ini memberikan nilai tambah bagi perusahaan karena mampu meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan. Konsumen saat ini lebih kritis dalam memilih produk, dan cenderung mendukung perusahaan yang memiliki komitmen terhadap lingkungan. Dengan demikian, manajemen kualitas berbasis keberlanjutan yang dikembangkan oleh insinyur industri tidak hanya menjaga reputasi perusahaan, tetapi juga membuka peluang pasar yang lebih luas.

4. Penerapan Prinsip Ekologi Industri

Ekologi industri menekankan pada penciptaan sistem produksi yang meniru ekosistem alami, di mana tidak ada limbah yang terbuang sia-sia. Insinyur industri berperan sebagai perancang sistem yang menghubungkan output limbah dari satu proses produksi menjadi input bagi proses lain. Konsep ini dapat diterapkan melalui simbiosis industri yang memungkinkan perusahaan saling bertukar sumber daya, sehingga mengurangi limbah yang dihasilkan.

Selain mengurangi dampak lingkungan, penerapan ekologi industri juga dapat meningkatkan efisiensi ekonomi. Dengan memanfaatkan limbah sebagai sumber daya, biaya produksi dapat ditekan dan nilai tambah baru dapat tercipta. Prinsip ini sejalan dengan konsep circular economy yang kini menjadi tren global, di mana siklus produksi berjalan secara berulang dan berkelanjutan, menggantikan model linear yang berorientasi pada pakai-buang.

5. Pengembangan Teknologi Digital dalam Keberlanjutan

Revolusi Industri 4.0 memberikan peluang besar bagi insinyur industri untuk mengoptimalkan keberlanjutan melalui teknologi digital. Penerapan Internet of Things (IoT) memungkinkan pemantauan kondisi mesin dan konsumsi energi secara real-time, sehingga memudahkan perusahaan dalam mengidentifikasi pemborosan energi dan mengambil langkah perbaikan lebih cepat. Teknologi big data juga membantu dalam analisis pola konsumsi sumber daya yang dapat digunakan untuk perencanaan keberlanjutan jangka panjang.

Selain itu, penggunaan artificial intelligence (AI) dalam sistem produksi juga mampu memberikan solusi prediktif. Misalnya, AI dapat memprediksi kebutuhan perawatan mesin sebelum terjadi kerusakan, sehingga mencegah pemborosan energi dan material. Digitalisasi yang dilakukan insinyur industri tidak hanya meningkatkan efisiensi produksi, tetapi juga menciptakan ekosistem produksi yang lebih ramah lingkungan dan adaptif terhadap perubahan pasar global.

6. Aspek Sosial dan Kesejahteraan Pekerja

Keberlanjutan tidak hanya berkaitan dengan lingkungan, tetapi juga menyangkut aspek sosial dan kesejahteraan pekerja. Insinyur industri berperan dalam menciptakan sistem kerja yang memperhatikan faktor ergonomi, sehingga karyawan dapat bekerja dengan lebih aman, nyaman, dan produktif. Lingkungan kerja yang baik pada akhirnya berdampak pada peningkatan motivasi dan loyalitas pekerja terhadap perusahaan.

Lebih jauh, insinyur industri juga dapat berkontribusi pada program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dengan merancang kebijakan yang mendukung masyarakat sekitar. Hal ini mencakup pemberdayaan masyarakat, peningkatan pendidikan, serta dukungan pada kegiatan sosial. Dengan demikian, keberlanjutan yang dijaga insinyur industri mencakup tiga dimensi utama, yaitu ekonomi, lingkungan, dan sosial.

 7. Tantangan dan Hambatan

Meskipun kontribusi insinyur industri terhadap keberlanjutan sangat besar, masih terdapat berbagai tantangan yang perlu dihadapi. Salah satunya adalah resistensi perusahaan terhadap perubahan, terutama jika penerapan sistem berkelanjutan dianggap membutuhkan biaya investasi tinggi. Insinyur industri dituntut untuk mampu menyajikan bukti nyata bahwa investasi pada keberlanjutan justru akan menghasilkan keuntungan jangka panjang.

Selain itu, kurangnya regulasi yang tegas dari pemerintah juga menjadi hambatan dalam penerapan prinsip keberlanjutan. Beberapa perusahaan masih mengutamakan keuntungan jangka pendek tanpa memikirkan dampak lingkungan dan sosial. Oleh karena itu, insinyur industri tidak hanya berperan pada level teknis, tetapi juga sebagai agen perubahan yang mampu meyakinkan manajemen dan pemangku kepentingan tentang pentingnya keberlanjutan produksi.

Kesimpulan

Insinyur industri memiliki posisi strategis sebagai penjaga keberlanjutan produksi di era modern. Dengan kompetensi dalam manajemen sistem, optimasi sumber daya, penerapan teknologi ramah lingkungan, serta perhatian pada aspek sosial, mereka dapat memastikan bahwa proses produksi berjalan efisien, ekonomis, dan berkelanjutan.

Keberlanjutan bukan lagi sekadar pilihan, melainkan kebutuhan mendesak bagi setiap perusahaan yang ingin bertahan dalam persaingan global. Oleh karena itu, insinyur industri harus terus mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan inovasi agar mampu menjawab tantangan keberlanjutan yang semakin kompleks. Dengan peran aktif mereka, tercipta keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, kelestarian lingkungan, dan kesejahteraan sosial yang menjadi fondasi pembangunan berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Syah, N., & Danhas, Y. H. (2021). Ekologi Industri. Deepublish.

Findiastuti, W., Annisa, R., Budiarto, H., & Irawan, I. (2022). Ekologi Industri. Media Nusa Creative (MNC Publishing).

Mubin, A. (2013). Penerapan Konsep Ekologi Industri untuk Keberlanjutan Industri Nasional.



Tugas Mandiri 01 Ekologi Industri

Pengamatan Sistem Industri, Teknologi, dan Dampaknya terhadap Lingkungan Master Snow

 




Elemen Teknologi yang Terlibat

Di tempat cuci mobil yang saya amati, ada beberapa teknologi yang membantu jalannya usaha. Mesin semprot air bertekanan tinggi menjadi alat utama untuk membersihkan bodi mobil dengan cepat. Selain itu, ada pompa dan pipa yang menyalurkan air ke area pencucian. Untuk bagian dalam mobil digunakan vacuum cleaner supaya debu mudah dibersihkan, lalu blower dipakai agar mobil lebih cepat kering. Tidak ketinggalan bahan pembersih seperti sampo dan sabun cair yang dipakai agar hasil cucian lebih bersih. Semua peralatan ini membuat pekerjaan pekerja lebih ringan sekaligus mempercepat pelayanan.

Dampak Lingkungan

Meskipun terlihat sederhana, usaha cuci mobil ini juga memberi dampak terhadap lingkungan. Air yang digunakan cukup banyak untuk satu mobil, sementara air buangan bercampur dengan sabun, oli, dan kotoran langsung dialirkan ke selokan tanpa disaring. Hal ini berpotensi mencemari tanah dan air di sekitarnya. Penggunaan listrik untuk pompa, vacuum, dan blower juga menambah konsumsi energi. Selain itu, limbah padat berupa botol plastik sabun dan sampo kadang dibuang begitu saja tanpa dipilah. Dari sini saya menyadari bahwa usaha kecil pun sebenarnya punya peran penting dalam menjaga lingkungan karena dampaknya nyata meski skalanya tidak sebesar industri besar.

Hubungan Manusia, Teknologi, dan Alam (Sebelum Perkuliahan Pertama)

Sebelum mengikuti perkuliahan, pandangan saya terhadap hubungan manusia, teknologi, dan alam masih sederhana. Saya melihat teknologi hanya sebagai alat bantu untuk mempercepat pekerjaan dan membuat usaha berjalan lancar. Alam dianggap sebagai penyedia air yang bisa dipakai terus-menerus serta tempat membuang limbah tanpa masalah. Dengan cara pandang seperti ini, hubungan yang terbentuk lebih bersifat satu arah, di mana manusia memanfaatkan alam dengan bantuan teknologi untuk keuntungan, tanpa memikirkan dampaknya terhadap lingkungan.

Hubungan Manusia, Teknologi, dan Alam (Sesudah Perkuliahan Pertama)

Setelah mengikuti perkuliahan pertama, cara pandang saya mulai berubah. Saya jadi melihat bahwa teknologi bukan hanya alat produktivitas, tetapi juga bisa dimanfaatkan untuk mengurangi dampak negatif pada lingkungan. Contohnya dengan membuat sistem sederhana untuk menampung dan menyaring air bekas cucian sehingga tidak langsung mencemari selokan. Saya juga mulai memahami bahwa alam bukan sekadar penyedia sumber daya, melainkan sesuatu yang harus dijaga keseimbangannya agar tetap bisa mendukung kehidupan di masa depan. Pandangan ini membuat saya melihat hubungan manusia, teknologi, dan alam lebih sebagai hubungan timbal balik yang saling terkait.

 Penutup

Dari pengamatan ini saya belajar bahwa usaha seperti tempat cuci mobil pun memiliki peran dalam menjaga keberlanjutan. Teknologi yang digunakan bisa membantu pekerjaan, tetapi kalau tidak dikelola dengan baik justru bisa menimbulkan masalah lingkungan. Dengan pemahaman yang baru, saya merasa penting untuk mulai menerapkan langkah sederhana seperti hemat air, memilah sampah, atau menggunakan bahan yang lebih ramah lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa menjaga keseimbangan antara manusia, teknologi, dan alam bisa dimulai dari hal kecil di sekitar kita, bukan hanya dari industri besar.

Tugas Terstruktur 10

 Analisis Kasus Implementasi Produksi Berkelanjutan A.  Profil Perusahaan dan Latar Belakang Nama Perusahaan: PT Semen Indonesia (Persero) T...