Tugas Terstruktur 07

Penilaian Dampak Lingkungan Berdasarkan Hasil LCI

Produk: Kemasan Styrofoam (Expanded Polystyrene/EPS) 

1. Identifikasi Kategori Dampak yang Dinilai
Tiga kategori dampak yang digunakan dalam analisis ini dipilih berdasarkan karakteristik utama styrofoam sebagai produk berbasis polimer fosil, yaitu tingginya konsumsi energi dalam proses pembentukan, adanya emisi gas pencemar udara, serta ketergantungannya pada sumber daya tak terbarukan. Tiga kategori yang dianalisis adalah:
  1. Global Warming Potential (GWP)
  2. Acidification
  3. Resource Depletion
Pemilihan kategori ini dianggap relevan karena proses produksi styrofoam mencakup tahap ekstraksi minyak bumi, pemurnian menjadi polistirena, pengembangan dengan energi panas, serta transportasi yang menghasilkan emisi gas rumah kaca.

2. Analisis Dampak Berdasarkan Data LCI

Kategori Dampak

Data Input Terkait

Potensi Dampak Lingkungan

Global Warming Potential (GWP)

Konsumsi listrik proses pemanasan ± 45–60 kWh/kg; penggunaan steam dari gas; emisi CO₂ dari ekspansi polimer

Proses produksi styrofoam sangat bergantung pada energi, terutama listrik dan gas untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan saat ekspansi polistirena. Setiap tahap konsumsi energi ini berkontribusi terhadap emisi CO₂ dari pembangkit listrik. Selain itu, bahan baku polistirena yang berasal dari minyak bumi memiliki jejak karbon tinggi. Emisi tidak langsung dari proses ekstraksi minyak, transportasi, serta proses cracking dan polimerisasi turut meningkatkan potensi pemanasan global. Kombinasi dari seluruh sumber emisi ini menjadikan GWP sebagai dampak yang paling besar dalam siklus hidup produk.

Acidification

Penggunaan transportasi diesel ± 50–80 km; pembakaran gas alam selama pemanasan

Proses pembakaran bahan bakar fosil, baik dari mesin transportasi maupun dari alat pemanas di pabrik, menghasilkan emisi gas seperti sulfur dioksida (SO₂) dan nitrogen oksida (NOx). Kedua jenis emisi ini dapat bereaksi dalam atmosfer dan membentuk senyawa asam yang turun bersama hujan. Dampak ini dapat menyebabkan penurunan kualitas tanah, perubahan pH air permukaan, serta kerusakan pada vegetasi di daerah yang berada dekat jalur transportasi maupun kawasan industri. Selain merusak ekosistem darat dan perairan, hujan asam juga mempercepat korosi infrastruktur yang terbuat dari logam.

Resource Depletion

Bahan baku polistirena berbasis minyak bumi ± 1 kg/unit; penggunaan blowing agent

Styrofoam merupakan produk turunan minyak bumi, sehingga seluruh tahap awal produksinya bergantung pada sumber daya fosil yang tidak dapat diperbarui. Proses ekstraksi minyak, pemurnian, hingga pembuatan monomer stirena semuanya membutuhkan energi dan berdampak pada berkurangnya cadangan sumber daya alam. Selain itu, penggunaan blowing agent (biasanya berupa gas hidrokarbon ringan) memperbesar konsumsi bahan kimia tambahan. Ketergantungan tinggi terhadap bahan baku fosil membuat kategori ini penting untuk dianalisis karena semakin meningkatnya permintaan EPS akan mempercepat laju eksploitasi sumber daya yang tidak terbarukan.

3. Interpretasi Dampak
Hasil analisis menunjukkan bahwa Global Warming Potential (GWP) merupakan kategori dampak yang paling signifikan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, konsumsi energi listrik pada proses ekspansi polistirena tergolong tinggi. Proses pemanasan dan pembentukan butiran styrofoam membutuhkan suhu tertentu, dan penggunaan energi dalam jumlah besar selalu berbanding lurus dengan emisi CO₂, terutama jika berasal dari pembangkit listrik berbasis batu bara atau gas. 
 
Kedua, produksi bahan baku polistirena sendiri sudah memiliki jejak karbon yang besar. Tahap ekstraksi minyak, proses transportasi, serta pemanasan pada tahap refining dan polymerization menambah beban emisi yang terjadi sebelum bahan baku mencapai pabrik. Dengan demikian, meskipun proses manufaktur styrofoam terkesan ringan, sebenarnya dampak terbesarnya sudah terjadi sejak fase hulu.

Dampak acidification menempati urutan berikutnya. Emisi dari transportasi diesel serta penggunaan gas dalam proses pemanasan memicu pembentukan gas pencemar udara yang dapat meningkatkan tingkat keasaman lingkungan. Walaupun dampaknya tidak sebesar GWP, kategori ini tetap penting karena mempengaruhi kualitas tanah dan air. Sementara itu, resource depletion menjadi dampak yang muncul secara langsung dari penggunaan minyak bumi sebagai sumber utama polistirena. Di tengah meningkatnya kebutuhan produk kemasan sekali pakai, ketergantungan terhadap minyak bumi menjadi perhatian penting, terutama terkait keberlanjutan jangka panjang.

4. Rekomendasi Pengurangan Dampak
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menurunkan dampak lingkungan styrofoam antara lain:
  • Efisiensi energi dalam proses produksi: Mengoptimalkan pemakaian panas pada proses ekspansi atau menggunakan mesin dengan teknologi yang lebih hemat energi dapat membantu menurunkan jejak karbon. Beberapa pabrik sudah mulai menggunakan sistem pemulihan panas untuk mengurangi penggunaan energi baru.
  • Menggunakan sumber energi rendah emisi: Jika memungkinkan, substitusi sebagian energi listrik dengan sumber energi terbarukan dapat mengurangi kontribusi terhadap GWP. Penggunaan panel surya atau pembelian listrik dari penyedia energi hijau dapat menjadi pilihan. 
  • Meningkatkan pemanfaatan EPS daur ulang: Beberapa pabrik kini mencampurkan EPS daur ulang dalam proses produksi. Penggunaan bahan daur ulang dapat mengurangi kebutuhan polistirena murni serta mengurangi jumlah sampah styrofoam yang sulit terurai di lingkungan. 
  • Alternatif bahan baku: Walaupun tidak mudah, penggunaan material alternatif seperti bioplastik atau bahan berbasis serat tanaman dapat mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi. Bahan seperti PLA atau kemasan berbasis bubur kertas dapat menjadi substitusi untuk aplikasi tertentu. 
  • Optimalisasi rute dan moda transportasi: Pengurangan jarak distribusi atau perubahan moda transportasi ke yang lebih rendah emisi, seperti kendaraan listrik untuk distribusi lokal, dapat mengurangi emisi SO₂ dan NOx.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tugas Terstruktur 01 Ekologi Industri

Tugas Terstruktur 01 Jurnal

Tugas Terstruktur 03