Tugas Terstruktur 05

 Life Cycle Thinking (LCT) dan Analisis Dampak Lingkungan Produk Konsumsi

1. Siklus Hidup Produk: Sterofoam



Batas Sistem (System Boundary)
  • Pengambilan minyak bumi sebagai bahan baku polystyrene
  • Seluruh proses produksi hingga produk akhir menjadi wadah sterofoam
  • Distribusi menggunakan transportasi darat
  • Penggunaan oleh konsumen
  • Tahap pembuangan dan akhir masa pakai
Tidak mencakup:
  • Pembangunan pabrik
  • Pengolahan limbah industri yang tidak terkait langsung
  • Perilaku konsumen setelah pembuangan (misalnya pemilahan sampah individu)
Asumsi yang Digunakan
  • Sterofoam adalah produk sekali pakai (masa pakai < 1 hari).
  • Komposisi utama: polystyrene (PS6) dari minyak bumi.
  • Distribusi terjadi dalam jarak ±150 km menggunakan truk berbahan bakar diesel.
  • Skenario pembuangan: TPA 70%, pembakaran 20%, tercecer di lingkungan 10%.
  • Tidak ada proses daur ulang karena nilai ekonominya rendah.

2. Narasi Analisis

Pemilihan sterofoam sebagai objek analisis dilakukan karena produk ini sangat sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, terutama untuk makanan cepat saji dan kebutuhan take away. Sterofoam dianggap praktis, ringan, dan murah, sehingga banyak dipilih oleh pelaku UMKM maupun konsumen. Namun, di balik kemudahannya, sterofoam menyimpan isu keberlanjutan yang cukup serius karena bersifat sekali pakai dan sulit terurai. Hal ini membuat produk ini relevan untuk dianalisis menggunakan pendekatan Life Cycle Thinking (LCT) agar dampak lingkungan di setiap tahap dapat terlihat secara komprehensif.

Dalam analisis ini, batas sistem yang digunakan mencakup seluruh tahap utama siklus hidup sterofoam, mulai dari ekstraksi minyak bumi sebagai bahan baku, proses produksi di pabrik, distribusi produk ke berbagai pengguna, tahap konsumsi oleh konsumen, hingga pembuangan pada akhir masa pakai. Lingkup analisis tidak mencakup pembangunan fasilitas pabrik dan perilaku konsumen setelah pembuangan karena fokusnya adalah pada aliran material dan energi inti yang secara langsung berhubungan dengan sterofoam. Tahap pertama, yaitu ekstraksi bahan baku, memberikan dampak lingkungan yang signifikan. Minyak bumi yang menjadi bahan utama polystyrene diperoleh melalui pengeboran yang dapat merusak ekosistem dan memengaruhi kualitas tanah maupun air. Selain itu, pengolahan minyak menjadi polystyrene membutuhkan energi besar dan menghasilkan emisi karbon yang berkontribusi terhadap perubahan iklim. Tahap ini juga memiliki risiko kebocoran minyak yang dapat mencemari lingkungan secara luas.

Pada tahap produksi, polystyrene diproses dengan pemanasan dan pencampuran bahan kimia untuk menghasilkan sterofoam. Proses ini membutuhkan energi dalam jumlah besar dan menghasilkan emisi VOC (volatile organic compounds) yang dapat mencemari udara dan memengaruhi kesehatan pekerja. Limbah padat atau cair dari proses pencetakan juga berpotensi menjadi masalah apabila tidak dikelola dengan baik. Selanjutnya, proses distribusi menghasilkan dampak tambahan dari penggunaan bahan bakar fosil. Walaupun ringan, sterofoam memiliki volume yang besar sehingga memerlukan ruang penyimpanan dan transportasi yang cukup luas. Pengiriman menggunakan truk diesel meningkatkan emisi CO₂ dan memperbesar jejak karbon produk ini. Jarak distribusi yang jauh akan memperburuk dampak energi dan emisi.

Pada tahap konsumsi, sterofoam tidak menimbulkan dampak besar secara langsung, tetapi masa pakainya yang sangat singkat membuatnya menjadi sumber limbah besar dalam waktu singkat. Karena hampir selalu digunakan sekali, jumlah permintaan produk ini sangat tinggi. Dampak lingkungan terbesar justru muncul pada tahap pembuangan. Tahap akhir masa pakai sterofoam merupakan bagian yang paling bermasalah karena material ini tidak mudah terurai dan dapat bertahan ratusan tahun. Sebagian besar berakhir di TPA, terbakar, atau mencemari lingkungan seperti sungai dan pantai. Pembakaran menghasilkan zat berbahaya seperti benzene dan styrene yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Proses daur ulang sulit dilakukan karena nilai ekonomi yang rendah serta kontaminasi makanan pada limbah sterofoam.

Melihat seluruh tahapan itu, perbaikan desain produk menjadi salah satu solusi penting. Sterofoam dapat digantikan oleh kemasan berbahan serat alami, kertas daur ulang, atau bahan biodegradable yang lebih mudah diurai. Selain itu, penerapan sistem reuse juga dapat membantu mengurangi konsumsi kemasan sekali pakai. Dengan menerapkan pendekatan Life Cycle Thinking, kita dapat melihat kebutuhan mendesak untuk mengurangi penggunaan sterofoam dan beralih pada alternatif yang lebih berkelanjutan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tugas Terstruktur 01 Ekologi Industri

Tugas Terstruktur 01 Jurnal

Tugas Terstruktur 03